Pada tahun 1950an, Bandung telah memiliki Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG), serta Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang merupakan bagian dari Universitas Indonesia (UI). Namun, masyarakat di sana meminta pemerintah daerah untuk mendirikan universitas yang menyediakan berbagai disiplin ilmu. Akhirnya, tanggal 14 Oktober 1956 terbentuklah Panitia Pembentukan Universitas Negeri (PPUN) di Bandung.
PPUN kemudian melakukan rapat pada tanggal 3 Desember 1956. Rapat ini dihadiri oleh Muh. Yamin, Mr. Soenardi, Mr. Bushar Muhammad, dan beberapa tokoh masyarakat Jawa Barat lainnya. Mereka menyampaikan aspirasi rakyat Jawa Barat tentang pendirian universitas negeri di Bandung kepada Pemerintah dan Presiden RI.
Aspirasi tersebut berbuah manis, UNPAD lahir pada hari Rabu 11 September 1957. Nama “Padjadjaran” diambil dari nama Kerajaan Sunda, yaitu Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi (1473-1513 M). Saat itu, UNPAD hanya terdiri dari 4 fakultas, di antaranya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekarang UPI Bandung), dan Fakultas Kedokteran.
Seiring berjalannya waktu, jumlah fakultas di UNPAD mengalami peningkatan. Akan tetapi, letaknya tersebar di lokasi yang berbeda. Maka dari itu, sejak tahun 1983, UNPAD memutuskan untuk memindahkan kegiatan akademik ke kampus Jatinangor dan Dipatiukur.
Selama berdiri, UNPAD banyak menciptakan tokoh intelektual, seperti Achmad Roestandi dan Patrialis Akbar yang pernah menjadi hakim Mahkamah Konstitusi, pejabat publik seperti Pramono Anung, kalangan entertainment seperti Ernest Prakasa, Ananda Omesh, dan masih banyak lagi. UNPAD juga pernah mendapatkan peringkat 751-800 kampus terbaik di dunia versi QS World University Ranking 2023, dan menjadi peringkat ke-7 di tingkat nasional.