Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh telah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang terkenal. Para mahasiswa dan staf pengajar berasal dari berbagai penjuru dunia, seperti Kesultanan Turki, Iran, dan India. Pada tahun 1957, awal Provinsi Aceh terbentuk, para pemimpin pemerintahan Aceh, didukung para penguasa, cendikiawan, ulama, dan para politisi lainnya, telah sepakat untuk meletakkan dasar bagi pembangunan pendidikan daerah Aceh.
Tanggal 21 April 1958, Yayasan Dana Kesejahteraan Aceh (YDKA) dibentuk dengan tujuan mengadakan pembangunan dalam bidang rohani dan jasmani, guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Selaras dengan ide tersebut, tanggal 29 Juni 1958, Penguasa Perang Daerah Istimewa Aceh membentuk Komisi Perencana dan Pencipta Kota Pelajar/Mahasiswa. Tugasnya sebagai komisi pencipta, badan pemikir, dan inspirasi bagi YDKA, sehingga komisi ini dipandang sebagai modal utama pembangunan perkampungan pelajar/mahasiswa.
Komisi Pencipta diketuai oleh Gubernur Ali Hasjmy dan Letkol T. Hamzah sebagai wakil ketua. Hasil karyanya yang pertama adalah menciptakan nama Darussalam untuk kota pelajar/mahasiswa, dan Syiah Kuala untuk universitas yang didirikan. Selanjutnya, berbagai usaha dilakukan oleh YDKA bersama Komisi Pencipta untuk mewujudkan pembangunan Darussalam dan Universitas Syiah Kuala.
Kota Pelajar Mahasiswa Darussalam secara resmi dibuka Presiden Soekarno pada tanggal 2 September 1959, diiringi pembukaan selubung Tugu Darussalam dan peresmian pembukaan fakultas pertama dari Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH), yaitu Fakultas Ekonomi. UNSYIAH secara resmi baru dinyatakan pada tanggal 21 Juni 1961, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 11 tahun 1961 tanggal 21 Juli 1961. Saat ini, Unsyiah telah memiliki lebih dari 30.000 orang mahasiswa yang menuntut ilmu di 12 fakultas dan program Pascasarjana.